Instagram, panggung raksasa dunia maya yang dipenuhi dengan jutaan unggahan setiap detik. Konten-konten beragam mengalir seperti lautan tanpa batas, mulai dari momen pribadi hingga tren viral. Awalnya hanya platform untuk berbagi foto dan video, Instagram kini telah berkembang menjadi media yang dimanfaatkan para pemasar untuk promosi barang dan jasa. Para pemasar mengukur keberhasilan mereka melalui berbagai indikator seperti Tingkat Keterlibatan, Jangkauan, Pertumbuhan Pengikut, Tingkat Konversi, dan lainnya.
Di balik angka-angka tersebut, banyak pengguna Instagram yang seolah “menghilang” dari perhatian pemasar, yaitu Silent Users atau pengguna pasif. Meskipun tidak aktif berinteraksi, Silent Users tetap memiliki nilai strategis dalam ekosistem media sosial. Mereka cenderung mengamati tanpa memberikan reaksi, namun bisa memengaruhi tren dan pola konsumsi digital. Berbagai teori perilaku konsumen, seperti konsep diri, keterlibatan, dan pengaruh sosial, dapat membantu memahami mengapa Silent Users memilih untuk bersikap pasif.
Bagi pemasar, memahami perilaku Silent Users di Instagram penting untuk membangun keterlibatan yang lebih baik. Dengan membuat konten yang mengundang partisipasi, mengoptimalkan Call to Action, menggunakan fitur interaktif Instagram, dan memberikan konten eksklusif, pemasar dapat menjangkau Silent Users secara efektif. Selain itu, memperhatikan data dan pola konsumsi konten, menggunakan strategi soft selling, serta membangun kredibilitas dan kepercayaan dapat membantu menarik perhatian Silent Users.
Dengan menciptakan strategi yang sesuai untuk menghadapi Silent Users, pemasar dapat memperluas jangkauan dan membangun keterlibatan yang lebih baik di Instagram. Meskipun tidak terlihat dalam interaksi langsung, Silent Users tetap dapat berkontribusi secara signifikan dalam memengaruhi tren dan perilaku konsumsi digital. Dalam menghadapi Silent Users, pemasar perlu mengambil langkah-langkah yang tepat dan memperhitungkan berbagai faktor untuk memastikan keberhasilan strategi pemasaran mereka.
