11.6 C
New York

Mengoptimalkan Akses Informasi Konsumen: Media Sosial vs. Mesin Pencari

Published:

Perilaku manusia dipengaruhi oleh berbagai stimulus yang mereka terima dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, hingga perabaan. Setiap stimulus ini membentuk pola perilaku yang kemudian dianalisis oleh pasar untuk memahami bagaimana manusia memproses informasi, mulai dari penyimpanan di otak hingga tahap pengambilan keputusan. Seiring perkembangan zaman, perilaku konsumen pun turut berubah, terutama didorong oleh kemajuan teknologi dan peristiwa besar seperti pandemi. Di zaman serba cepat kepraktisan menjadi sebuah senjata. Mulai dari kuliner, fashion, transportasi, teknologi berlomba menawarkan kemudahan untuk menunjang kehidupan manusia yang semakin dinamis dan berpacu dengan waktu.

Salah satu fenomena menarik adalah bergesernya pola pencarian informasi dari mesin pencari ke platform video pendek seperti TikTok. Dahulu, konsumen terbiasa mengetik kata kunci dan menelusuri berbagai laman hasil pencarian. Kini, mereka cenderung mencari informasi melalui video pendek yang telah dikemas secara visual menarik dan langsung pada intinya. Fenomena ini paling menonjol di kalangan Generasi Z, kelompok yang dikenal cepat beradaptasi dengan teknologi dan menjadi target utama pasar digital saat ini. Alih-alih mengetik kata kunci di mesin pencari, mereka lebih memilih mencari referensi melalui video pendek yang menyajikan visual dinamis dan audio yang catchy.

Tren ini diperkuat oleh survei dari Adobe yang mengungkapkan bahwa 41% responden kini menggunakan TikTok sebagai mesin pencari, dengan 64% di antaranya berasal dari Gen Z. Meskipun pergeseran ini paling dominan di kalangan Gen Z, generasi milenial juga mulai beradaptasi dengan tren yang sama. Data menunjukkan bahwa 49% generasi milenial kini menggunakan TikTok sebagai sumber informasi. Pergeseran pola konsumsi informasi ini menjadi sinyal bagi brand dan pemasar untuk menyesuaikan strategi konten mereka agar tetap relevan serta mampu menjangkau audiens dari berbagai kelompok usia.

Konten video pendek kini telah menjadi primadona dalam strategi pemasaran digital. Perubahan kebiasaan individu dalam mengonsumsi informasi dan berinteraksi dengan brand bukan hanya mencerminkan pola perilaku, tetapi juga menyajikan data berharga bagi perusahaan. Tren seperti personalisasi konten, pemasaran berbasis komunitas, serta User-Generated Content (UGC), kini semakin mendominasi strategi digital marketing. Strategi berbasis memori ini telah lama diterapkan dalam marketing konvensional. Namun, di tengah pergeseran tren digital, pasar harus tetap adaptif dan jeli membaca perubahan.

Evolve-branding-analisis strategi digital dalam menghadapi perilaku konsumen yang dinamis saat ini adalah suatu kebutuhan. Dengan pendekatan yang tepat, TikTok dan platform sejenis tidak hanya sekadar ruang hiburan, tetapi juga alat komunikasi yang strategis dalam membangun relevansi dan koneksi emosional dengan audiens lintas generasi. Digapatkan, bukan soal mengikuti tren semata, tetapi bagaimana sebuah brand mampu hadir dengan relevan dan bermakna, di tempat di mana audiens mereka berada.

Source link

Related articles

Recent articles