Tim nasional sepak bola Indonesia saat ini sedang dalam kondisi sulit, terutama setelah tidak memperoleh kemenangan dalam lima pertandingan terakhir. Dengan hanya meraih 3 poin dari hasil seri dengan Arab, Australia, dan Bahrain, serta kekalahan dari China dan Jepang, membuat para pendukung Timnas gelisah. Galau, dalam arti bahasa gaul, merupakan gambaran perasaan banyak generasi milenial, Y dan Z, yang merasa bingung dalam memilih apakah tetap mendukung pelatih Shin Thae-yong (STY) atau tidak. Perasaan ini terlihat dari berbagai komentar di media sosial dan pendapat para pakar sepak bola.
STY tampaknya sedang berada dalam tekanan, terutama ketika kritik terhadapnya semakin meningkat. Kompas bahkan menyoroti ketidakpedulian STY terhadap kemampuan berbahasa Indonesia yang mempengaruhi komunikasi dalam tim. Ego STY juga dianggap sebagai salah satu faktor ketidakmampuannya dalam beradaptasi dengan situasi. Keputusan-keputusan anehnya dalam pemilihan pemain juga menuai banyak kritik dari publik, termasuk kurangnya pemanfaatan pemain naturalisasi yang direkomendasikannya.
Menyadari tekanan tersebut, STY pun memberikan pernyataan normatif dalam sebuah jumpa pers. Namun, hasil pertandingan Timnas melawan Arab Saudi kemudian dianggap sebagai penentu nasib STY. Kemenangan di pertandingan tersebut diharapkan bisa mengubah pandangan masyarakat serta menyelamatkan posisi pelatih tersebut di Timnas. Kegagalan dalam pertandingan tersebut bisa menjadi awal dari perpisahan antara STY dengan para pendukung setianya. Meskipun Timnas tetap dihati para pendukung, keputusan terhadap pelatih bisa berubah mengikuti dinamika permainan dan hasil yang dicapai dalam kompetisi.