Tangerang Selatan, 24 April 2024
Presiden Joko Widodo resmi membuka kegiatan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2024 yang diselenggarakan pada tanggal 24 – 25 April 2024, di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten. Dalam sambutannya, Presiden menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara maju karena pada tahun 2030-an Indonesia akan mendapatkan bonus demografi dan sektor kesehatan memainkan peran yang sangat penting dalam mewujudkannya.
“Kita bisa meraih peluang ini dan melesat menjadi negara maju, tapi jika tidak memanfaatkan bonus demografi, Mohon maaf,” kata Presiden dalam acara Rakerkesnas, 24 April 2024.
Presiden menyatakan bahwa kesehatan sangat penting, bahkan lebih penting daripada pendidikan untuk membuat anak-anak pintar. Jika seseorang pintar namun tidak sehat, hal itu tidak akan memberikan manfaat yang maksimal. Presiden berharap agar masalah kesehatan yang ada saat ini dapat diselesaikan bersama dan terintegrasi dari pusat hingga daerah.
Untuk itu, lanjut Presiden, diperlukan rencana jangka panjang, rencana jangka menengah, dan rencana induk kesehatan yang sejalan baik di pusat maupun di daerah.
“Semuanya harus sejalan, harus satu garis lurus. Oleh karena itu, kita ingin mengkonsolidasikan hal itu dan mengintegrasikan agar kerja kita bersama-sama dapat menghasilkan hasil konkret dari masalah-masalah kesehatan yang kita miliki,” ujar Presiden.
Presiden berharap agar rencana induk kesehatan segera diselesaikan sehingga dapat dijadikan pedoman pelaksanaan program kesehatan baik di pusat, daerah, maupun sektor swasta.
“Saya yakin jika semua berjalan bersama-sama, akan ada kemajuan signifikan di bidang kesehatan di negara kita,” tambah Presiden.
Presiden juga menyoroti sejumlah pekerjaan rumah di sektor kesehatan yang perlu diselesaikan bersama-sama, seperti masalah stunting yang meskipun mengalami penurunan signifikan dari 37% menjadi 21,5% pada Desember 2023 lalu. Menurut Presiden, untuk mengatasi stunting diperlukan kerjasama lintas sektor.
“Angka stunting akhir tahun lalu masih 21,5%, sudah turun, tapi seharusnya kita mencapai 14%. Namun, saya menghitung ini tidak mudah, program ini harus terintegrasi untuk mengatasinya,” ujar Presiden.
Selain stunting, Presiden juga mencatat tingginya angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM). Presiden menyebut tiga penyakit PTM yang menyebabkan angka kematian tertinggi di Indonesia adalah stroke sebanyak 330 ribu kasus kematian, penyakit jantung sekitar 300 ribu kematian, dan kanker juga mencapai 300 ribu kasus kematian.
Presiden juga menyebut bahwa hampir seluruh Puskesmas kini telah dilengkapi dengan alat penunjang pemeriksaan kesehatan seperti USG dan EKG. Begitu juga dengan rumah sakit di daerah telah menerima tambahan alat kesehatan untuk mendukung pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Beberapa daerah telah menerima alat CT scan, cath lab, namun ruangannya belum memadai. Presiden memberi contoh kepada Menteri agar ruangan yang sesuai dapat ditunjukkan kepada Direktur rumah sakit.
Presiden juga mencatat kendala lain di sektor kesehatan, yaitu kurangnya jumlah tenaga kesehatan di Indonesia, dimana rasio dokter dan dokter spesialis hanya 0,47 dan menempati peringkat 147 di dunia.
Presiden juga menyoroti tingginya jumlah masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri. Hampir satu juta warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri daripada di dalam negeri, sehingga secara ekonomi, negara kehilangan sekitar Rp 180 triliun setiap tahunnya.
Terkait dengan ketersediaan bahan baku obat, 90% masih diimpor. Sementara itu, untuk alat kesehatan, 52% juga masih diimpor.
“Untuk alat kesehatan, tidak masalah, tapi jangan sampai jarum, selang, dan alat infus masih diimpor juga, jangan, kita harus memproduksinya sendiri,” kata Presiden.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Informasi lebih lanjut dapat dihubungi melalui hotline Kemenkes 1500-567, SMS 081281562620, dan email [email protected].
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid