Bulan tampak lebih besar dan terang dari biasanya pada awal Oktober 2025 ini karena sedang mengalami fenomena supermoon atau purnama perigee. Meskipun fenomena ini indah, hal ini dapat berpotensi menyebabkan bencana alam banjir rob di wilayah pesisir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi banjir rob akibat supermoon, seperti yang terjadi di Pulau Lombok, Sumbawa, dan wilayah pesisir Jakarta Utara.
Fenomena supermoon terjadi ketika Bulan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi, sehingga tampak lebih besar dan terang. Tarikan gravitasi Bulan dan Matahari terhadap Bumi mempengaruhi pasang surut air laut dan dapat meningkatkan risiko banjir rob di wilayah pesisir. Selain itu, daerah pesisir dengan elevasi rendah dan dekat dengan laut, seperti Jakarta Utara, Kepulauan Riau, dan NTT, rentan terhadap dampak banjir rob selama periode supermoon.
Fenomena fenomena Purnama Perigee biasanya terjadi beberapa kali dalam setahun dan bisa memperbesar risiko banjir rob, terutama di wilayah pesisir. Pada bulan Oktober 2025, fase Bulan Purnama terjadi pada 7 Oktober, sementara posisi Perigee terjadi pada 8 Oktober. Fenomena supermoon memungkinkan terjadinya air pasang lebih tinggi dan air surut lebih rendah dari biasanya.
Meskipun supermoon bukan fenomena yang terjadi setiap bulan, masih bisa disaksikan beberapa kali dalam setahun. Di tahun 2025, masih akan terjadi dua kali fenomena supermoon pada November dan Desember. Hal ini menjadikan pentingnya peringatan dini dari BMKG dan BPBD terhadap potensi banjir rob yang dapat ditimbulkan oleh supermoon di wilayah pesisir tertentu di Indonesia.
