Pada tanggal 4 Februari 2025, data menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker di Indonesia terus meningkat dan diprediksi akan melonjak lebih dari 70 persen pada tahun 2050 jika langkah-langkah pencegahan dan deteksi dini tidak diperkuat. Jumlah kasus baru kanker yang terdeteksi setiap tahun mencapai sekitar 400 ribu, dengan angka kematian mencapai 240 ribu. Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. Dante Saksono Harbuwono, menegaskan bahwa kanker merupakan tantangan medis, sosial, dan ekonomi yang kompleks. Deteksi dini menjadi strategi utama yang harus diperkuat karena dapat mengurangi beban kanker baik dari segi kesehatan maupun ekonomi masyarakat.
Meskipun hingga 50 persen kasus kanker bisa dicegah dengan pola hidup sehat, deteksi dini kanker masih menjadi tantangan di Indonesia. Banyak pasien datang dalam kondisi stadium lanjut, yang menyebabkan tingkat keberhasilan pengobatan menurun dan biaya perawatan meningkat. Sebagai upaya untuk memperkuat deteksi dini, Kementerian Kesehatan meluncurkan Rencana Aksi Nasional Kanker 2024-2034. Rumah Sakit Kanker Dharmais mengembangkan layanan skrining berbasis risiko melalui inovasi I-Care untuk mendeteksi risiko kanker menggunakan pemeriksaan genetik berbasis sampel darah.
Pemerintah juga terus mendorong vaksinasi HPV bagi anak perempuan usia 11-12 tahun untuk mencegah kanker serviks sejak dini. Selain pendekatan medis, pemerintah juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pengendalian kanker melalui dukungan moral dan empati. Dengan skrining rutin, pola hidup sehat, serta kerjasama semua pihak, upaya pencegahan dan deteksi dini kanker diharapkan dapat terus ditingkatkan. Saatnya mulai peduli terhadap kesehatan, karena pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan.