Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto menyamakan Gibran Rakabuming Raka dengan sopir berinisial MI yang menyebabkan tabrakan beruntun di Gerbang Tol (GT) Halim. Hasto mengatakan bahwa salah satu faktor kecelakaan tersebut terjadi karena sopir tersebut tidak memiliki SIM dan masih berusia di bawah umur. Menurut Hasto, tingkat kedewasaan sopir tersebut belum matang sehingga emosinya langsung muncul ketika disenggol oleh mobil.
Hasto juga menyebutkan bahwa hal ini merupakan contoh bagaimana ketika seseorang hanya fokus pada hasil tanpa memperhatikan proses dan usia, maka bisa berbahaya karena kedewasaan dalam mengemban jabatan tertentu menjadi terabaikan. Hal ini juga dianggap berbahaya bagi orang yang ingin mengelola negara sebesar Indonesia mengingat kompleksitas masalah yang dihadapi oleh negara tersebut.
Dalam konteks pencalonan Gibran sebagai cawapres dalam Pilpres 2024, Hasto mengkritik hal tersebut dengan alasan bahwa Gibran hanya memiliki pengalaman sebagai Wali Kota Solo selama dua tahun dan merupakan anak dari Presiden Jokowi. Menurut Hasto, cara mendidik anak-anak dan memahami ajaran agama serta budi pekerti adalah hal yang penting dalam konteks ini.
Hasto menegaskan bahwa ketidaksesuaian antara idealisme dan kenyataan dalam skala nasional dapat menciptakan kerusakan. Menurutnya, hal ini harus menjadi perhatian dalam mengelola negara seperti Indonesia yang memiliki beragam persoalan ekonomi, sosial, geopolitik, kemiskinan, dan persoalan spiritual.
