Jakarta (ANTARA) – Praktisi kesehatan masyarakat dr. Ngabila Salama mengungkapkan rumus “Gerakan 1 Rumah 1 Kader Jumantik (G1R1J) 3×10” untuk mencegah kasus demam berdarah dengue (DBD). Rumus “G1R1J 3×10” ini menunjukkan penunjukan satu anggota keluarga sebagai kader jumantik yang bertugas membasmi jentik nyamuk di sekitar rumah setiap Jumat pagi. Mereka harus melakukannya pada jam 10.00 WIB selama 10 menit dan minimal 10 minggu.
“Kita harus meningkatkan ‘G1R1J’ dengan menunjuk anggota keluarga sebagai petugas pemberantas sarang nyamuk di rumah, bisa ibu, bapak, anak, atau pekerja rumah tangga,” kata Ngabila kepada pers di Jakarta pada Jumat.
Petugas yang ditunjuk tersebut harus melaksanakan tugasnya dengan prinsip 3×10 setiap Jumat pagi, yaitu pukul 10.00 pagi, selama 10 menit, dan minimal 10 minggu.
Ngabila menyarankan agar kegiatan ini dilakukan pada pagi hari karena nyamuk DBD aktif pada waktu tersebut. “Pukul 10 pagi, karena nyamuk DBD aktif pada pagi hari, antara jam 8-10 dan sore hari jam 15-17,” tambah Ngabila.
Ngabila juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sarana pengumuman lokal, seperti toa masjid, mushala, surau, atau rumah ibadah lainnya untuk saling mengingatkan warga akan pentingnya membasmi sarang nyamuk dengan metode PSN 3M Plus (menguras, menutup, dan mengubur).
“Kita bisa memanfaatkan toa masjid, mushala, surau, rumah ibadah untuk mengingatkan RT, RW, dan warga untuk melakukan PSN 3M Plus,” ujar Ngabila.
Ngabila menegaskan bahwa puncak kasus DBD biasanya terjadi pada bulan April. Jika seseorang sudah mengalami demam dan tidak kunjung sembuh selama dua hari, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
“Pada saat demam tidak sembuh selama dua hari di rumah, segera bawa ke puskesmas terdekat, periksa ke dokter, gratis, dan jika perlu dilakukan pemeriksaan darah untuk deteksi dini,” tutur Ngabila.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat, Erizon Safari, menyebutkan bahwa kasus DBD di wilayah tersebut mencapai 347 kasus dari Januari sampai 5 Maret 2024. Meskipun baru hingga 5 Maret 2024, angka tersebut sudah meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 331 kasus dari Januari hingga Maret 2023.
“Total kasusnya mencapai 347 per 5 Maret 2024,” ungkap Erizon di Jakarta pada Jumat (8/3).
Penulis: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024