Home Berita Berbagai Komunitas Diskusikan Keberagaman dalam Momen Mengesankan di Suara.com

Berbagai Komunitas Diskusikan Keberagaman dalam Momen Mengesankan di Suara.com

0

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) serta perwakilan dari beragam komunitas keberagaman melangsungkan media visit ke kantor Suara.com di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (26/10/2023).

Selain Sejuk, ada perwakilan dari Penghayat Kapribaden, Gereja Ortodoks Rusia, Ahmadiyah Jakarta, Yakoma PGI, Pelangi Nusantara, Women at Work (Wewaw) Indonesia.

Kemudian ada perwakilan dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Indika Foundation, Grantee Creator Space, dan Search for Common Ground (SFCG).

Mereka diterima oleh Wakil Pimpinan Redaksi (Wapemred) Suara.com Reza Gunadha, Koordinator Media Sosial Suara.com Elga Maulina Putri dan redaksi Suara.com.

Beragam masukan disampaikan oleh mereka khususnya soal pemberitaan terkait keberagaman di media massa. Tidak sedikit dari mereka yang mengeluhkan soal penggunaan diksi yang kurang tepat.

Sehingga, alih-alih bisa menyuarakan apa yang tengah diperjuangkan, mereka malah mendapatkan persekusi atau malah disudutkan.

Salah satunya yang menyampaikan masukan ialah juru bicara Ahmadiyah Indonesia, Dili Sadili. Dili mengeluhkan adanya penggunaan diksi yang kurang tepat sehingga menyebabkan adanya pandangan negatif terhadap kelompoknya.

“Kami selama ini selalu jadi korban karena diksi itu biasanya dari judul berita,” kata Dili.

Dili lantas memberikan contoh ketika ada jurnalis yang mendatanginya. Jurnalis tersebut bertanya kepada dirinya apakah siap untuk berdialog dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Dili pun menyatakan kalau pihaknya siap untuk berdialog. Namun, judul pemberitaan hasil wawancara tersebut ternyata jauh dari yang dipikirkan Dili.

“Judulnya jadi ‘Ahmadiyah Menantang (MUI) Berdebat’, kan saya yang diserang habis-habisan,” ungkapnya.

Sementara itu, Arisdo Gonzales perwakilan dari komunitas Pelangi Nusantara menyayangkan dengan kaum LGBTQ+ yang masih dianggap negatif oleh masyarakat ketika mencoba memberikan edukasi melalui media sosial.

Namun menariknya, ia justru mendapatkan sentimen positif ketika diksi LGBTQ+ diubah menjadi keberagaman.

“Disaat melihat pakai diksi keberagaman minim resiko, audiens lebih menerima,” ujarnya.

Ke depannya, Arisdo berharap teman-teman LGBTQ+ bisa lebih diberikan ruang untuk menyampaikan perspektif mereka di runag media.

“Waktu nanti di hari AIDS sedunia pada 1 Desember, bisa mengadakan representasi dari teman-teman akar rumput bisa memberikan perspektif terkait kehidupan mereka,” terangnya.

Exit mobile version