8.7 C
New York

Aktivis 98 Meminta Isu HAM Tidak Hanya Muncul Jelang Pemilu Saja

Published:

Aktivis 98, Wignyo Prasetyo mengatakan, peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) sedunia, diharapkan tidak menjadi gorengan politik bagi kelompok tertentu.

Selama ini isu HAM hanya kuat dalam kurun waktu 5 tahun sekali, saat menjelang Pemilihan Umum (Pemilu). Sehingga, isu HAM dianggapnya seperti ritual 5 tahunan.

“Hari HAM biasa lah ritual 5 tahunan, menjelang pemilu. Memang ini kan biasa buat nyerang kelompok tertentu, capres lah katakanlah,” kata Wignyo saat konfirmasi, Minggu (12/10/2023).

Isu HAM, kata Wingyo, selalu menjadi seksi saat menjelang Pemilu. Terlebih isu pelanggaran HAM, yang sering dipergunakan untuk menyerang salah satu Capres-Cawapres.

“Kenceng banget menjelang Pilpres ini, kayaknya tujuannya biasa lah, entah menurunkan elektabilitas dan semacamnya,” katanya.

Wignyo meminta seluruh pihak untuk tidak menjadikan HAM sebagai mainan politik menjelang Pilpres 2024.

Ia juga berharap pemimpin bangsa yang akan terpilih bisa melanjutkan mimpi-mimpi para aktivis untuk menjunjung tinggi HAM di Indonesia pada masa-masa yang akan datang.

Wignyo menilai Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka merupakan sosok yang bisa menjunjung tinggi HAM. Oleh sebab itu, Wignyo berharap, Prabowo-Gibran bisa merekonsiliasi permasalahan HAM, jika terpilih.

Wignyo berharap, Prabowo-Gibran bisa mendamaikan bangsa dengan membentuk badan rekonsiliasi HAM jika mereka terpilih.

“Kalau Tuhan izinkan pak Prabowo dan Gibran pimpin bangsa, harus membentuk satu badan rekonsiliasi, kalau menang ya. Sebuah badan, semacam badan rekonsiliasi yang fungsi dan tugasnya mendamaikan seluruh konflik yang ada sejak masa lalu,” kata Wignyo.

“Itu negara yang harus eksekusi, kenapa penting? Karena anak-anak muda yang akan memimpin bangsa di masa depan nanti supaya nggak diganduli lagi dari masa lalu, karena sudah kelar didamaikan dengan badan itu,” tambahnya.

Related articles

Recent articles