Profesor Ilmu Politik dan Studi Internasional dari Universitas Yonsei, Korea Selatan, Profesor Wooyeal Paik, memberikan pandangannya terkait undangan resmi Presiden Rusia, Vladimir Putin, kepada Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, untuk menghadiri parade militer di Moskow pada 9 Mei. Undangan tersebut merupakan bagian dari upaya diplomatik Rusia untuk mempererat hubungan dengan Korea Utara, terutama setelah keterlibatan negara tersebut dalam perang di Ukraina.
Perubahan signifikan terjadi dalam posisi militer dan diplomasi Korea Utara sejak terlibat dalam konflik Ukraina. Korea Utara mendapatkan perhatian khusus dari Rusia dan negara-negara Eropa yang mendukung Ukraina, seperti Korea Selatan, Jepang, dan China. Posisi Korea Utara yang semakin kuat di kawasan ini menimbulkan kekhawatiran terhadap dampak regional yang mungkin terjadi.
Strategi politik yang digulirkan oleh Presiden Trump dalam memperkuat hubungan dengan Rusia, dengan harapan meredakan kecemasan akan pengaruh China, masih memunculkan pertanyaan. Meski demikian, upaya tersebut dipandang sebagai langkah untuk melepaskan Rusia dari ikatan dengan China, yang merupakan saingan utama Amerika Serikat.
Sementara itu, Putin mengambil peran penting dalam situasi tersebut dengan memanfaatkan situasi politik internasional yang berani namun berpengalaman, sambil menjalin hubungan dengan Trump. Prospek kemungkinan parade militer yang melibatkan pemimpin negara seperti Trump, Xi Jinping dari China, dan Kim Jong-un dari Korea Utara, menunjukkan pentingnya peran Korea Utara dalam dinamika keamanan global.
Kehadiran Kim Jong-un di parade militer di Rusia berpotensi membentuk aliansi trilateral yang melibatkan Rusia, Korea Utara, dan China. Hal ini dapat mengubah dinamika kekuatan di kawasan, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap China. Dengan begitu, pengaruh Korea Utara terhadap Rusia menjadi faktor penting dalam hubungan geopolitik antara Eropa dan Asia Timur.