Pada tahun 2025, perang dagang yang terjadi pada tahun 2018-2020 telah menciptakan dampak yang signifikan terhadap perdagangan global dan GDP. Tarif tinggi yang dikenakan pada impor dari Indonesia dan situasi yang dihadapi oleh Tiongkok akibat Transhipment telah mengancam fragmentasi ekonomi global. Dr. Stepi Anriani, seorang pengamat intelijen dan dosen di Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN), menyebutkan bahwa pembentukan blok ekonomi global dapat menghadirkan tiga sikap berbeda.
Pertama, negara-negara dapat melawan dominasi Amerika Serikat dengan membentuk blok ekonomi baru. Kedua, dunia dapat mengikuti skenario AS dan semakin tunduk pada hegemoni Amerika Serikat. Ketiga, negara-negara dapat mencoba bernegosiasi dan tetap netral dalam memposisikan diri mereka. Indonesia, dengan posisinya di kawasan Indo Pasifik yang strategis, perlu mengambil peran yang lebih kuat dalam mencegah konflik terbuka di kawasan ini.
Menurut Dr. Stepi Anriani, terdapat delapan peran strategis yang dapat diperkuat oleh Indonesia dalam menghadapi perang tarif global. Sebagai kawasan sentral, Indo Pasifik memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi, inovasi teknologi, dan diskursus isu-isu kawasan. Oleh karena itu, Indonesia harus siap dan mampu memainkan peran strategisnya dengan baik dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang semakin kompleks.