Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-11 Developing Eight (D-8) di Kairo, Mesir, telah berlangsung dengan sukses. Indonesia, bersama dengan tujuh negara anggota lainnya, yaitu Mesir, Bangladesh, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Turki, berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antar negara. Melalui rekomendasi agar Indonesia menerima jabatan Ketua D-8 mulai 1 Januari 2026, komitmen tersebut semakin diperkuat.
Tantangan yang dihadapi oleh D-8 antara lain disparitas ekonomi antar negara anggota, perbedaan konfigurasi ekonomi domestik, serta hambatan tarif dan infrastruktur logistik yang belum memadai. Namun, D-8 memiliki peluang besar untuk saling memanfaatkan keunggulan komparatif masing-masing negara. Contohnya, industri manufaktur Turki yang unggul dalam otomotif dan tekstil dapat berkolaborasi dengan komoditas agrikultur Indonesia seperti kelapa sawit dan kopi.
Selain itu, peningkatan kerjasama di sektor pertanian dan energi menjadi prioritas, termasuk modernisasi teknik agrikultur, transfer teknologi, dan pengembangan infrastruktur energi. Negara-negara anggota juga dapat memanfaatkan keunggulan geografis masing-masing untuk mempercepat perdagangan maritim dan diversifikasi rute perdagangan.
Selanjutnya, pentingnya pemberdayaan UMKM dalam KTT D-8 juga menjadi sorotan. Diversifikasi pasar global oleh negara-negara D-8 disebut sebagai strategi penting untuk mengurangi ketergantungan pada negara maju. Melalui kerjasama dalam pengembangan rantai nilai yang saling terintegrasi, D-8 dapat menciptakan ketahanan ekonomi jangka panjang serta meningkatkan perdagangan intra-blok untuk memitigasi kerentanan pasar global. Dengan langkah-langkah ini, kerjasama ekonomi D-8 diharapkan dapat memperkuat ketahanan ekonomi internal di tengah ketidakpastian global.