Tulus Abadi adalah seorang Pengamat Perlindungan Konsumen dan Kebijakan Publik, serta Ketua Pengurus Harian YLKI periode 2015-2025. Belum lama ini, sektor transportasi darat kembali dikejutkan dengan kecelakaan bus pariwisata yang menewaskan 11 siswa SMK di Depok. Kecelakaan tragis ini menunjukkan bahwa faktor manusia dan faktor teknis memainkan peran penting dalam insiden tersebut.
Masalah utama yang muncul adalah mengapa sopir yang mengantuk atau lelah tetap memilih untuk mengemudikan busnya. Hal ini mengarah pada kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan sopir dan awak angkutan, serta eksploitasi yang mereka alami. Perusahaan transportasi juga dinilai minim perhatiannya terhadap jam kerja sopir, berbeda dengan profesi lain seperti pilot atau masinis kereta api yang memiliki standar jam kerja yang jelas.
Akibatnya, tidaklah mengherankan jika saat ini terjadi penurunan jumlah sopir bus dan truk. Profesi sopir bukanlah profesi yang menarik dan tidak menjanjikan masa depan, sehingga sulit untuk menarik generasi muda untuk bergabung dalam profesi tersebut. Kementerian Perhubungan juga perlu mengawasi industri transportasi darat agar kondisinya lebih kondusif dan persaingan lebih sehat.
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa persaingan yang tidak sehat antar perusahaan bus membuat kinerja mereka menurun. Upaya perusahaan untuk merebut penumpang dan konsumen bisa mengakibatkan penurunan kualitas layanan, baik dari segi perawatan bus maupun kesejahteraan awak angkutan. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dalam regulasi perizinan agar persaingan menjadi lebih sehat dan masyarakat lebih aman dalam menggunakan transportasi darat.