Jakarta, 8 Maret 2024
Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio telah mencakup 8,7 juta anak di 74 kabupaten di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kabupaten Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sub PIN ini adalah respons cepat dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terhadap wabah polio yang terjadi pada akhir Desember 2023.
Dalam pelaksanaan Sub PIN Polio ini, Kemenkes berkolaborasi dengan pemerintah provinsi dan kabupaten, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan UNICEF. Tahap pertama imunisasi dimulai pada 15 Januari dan tahap kedua pada 19 Februari.
Hingga 5 Maret 2024, sekitar 8,7 juta anak usia 0-7 tahun di wilayah yang dituju telah menerima dua dosis lengkap vaksin polio, yang dapat melindungi mereka dari penyakit yang sangat menular tersebut.
Di Pulau Madura, para pemimpin daerah di Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep mendukung kegiatan ini dengan menyatakan “Madura 100%”. Deklarasi dan dukungan ini bertujuan untuk membantu mencapai target Sub PIN Polio melalui kerja sama yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk sektor bisnis dan tokoh masyarakat.
Media juga turut mendukung upaya untuk melawan informasi yang keliru dengan menyediakan informasi akurat dan dapat dipercaya dari sumber yang terpercaya, sehingga meningkatkan penerimaan vaksin oleh masyarakat.
Pada tahap kedua Sub PIN Polio, beberapa perusahaan dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Jawa Timur dan Jawa Tengah memainkan peran penting dalam mendorong karyawan mereka untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan imunisasi.
Selama kedua tahap Sub PIN Polio, tenaga kesehatan juga melakukan kunjungan door to door untuk memastikan cakupan imunisasi yang optimal, bersamaan dengan imunisasi di sekolah, posyandu, dan puskesmas.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Maxi Rein Rondonuwu mengapresiasi kinerja semua pihak dalam penanganan KLB Polio dan keberhasilan imunisasi Sub PIN Polio di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kabupaten Sleman DI Yogyakarta.
“Kami berterima kasih atas respons cepat dari berbagai pihak dalam penanggulangan Polio di Indonesia. Komitmen kami adalah memberikan perhatian khusus kepada wilayah dengan cakupan imunisasi yang rendah dan rentan terhadap KLB melalui penguatan imunisasi rutin,” jelas Dirjen Maxi.
Dirjen Maxi menambahkan, pemerintah terus melakukan kegiatan surveilans lumpuh layu akut dan surveilans polio lingkungan. Beliau juga mengajak masyarakat, terutama orangtua, untuk melengkapi imunisasi polio anak-anak mereka, yaitu dengan 4 kali tetes pada usia 1 hingga 4 bulan dan 2 kali suntikan pada usia 4 hingga 9 bulan, serta imunisasi rutin lainnya sesuai usia.
“Jangan buang air besar sembarangan, harus di tempatnya, jangan sembarangan, cuci tangan dengan sabun. Segera laporkan kepada petugas kesehatan jika menemukan kasus lumpuh pada anak di bawah 15 tahun,” katanya.
Poliomielitis (polio) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini menyebar melalui air, makanan, atau kontak dengan tangan yang terkontaminasi kotoran dari orang yang terinfeksi virus polio.
Sejak tahun 2014, Indonesia telah bebas dari polio dan menjaga status tersebut, meskipun di tengah pandemi COVID-19. Namun, tantangan masih ada karena rendahnya cakupan imunisasi rutin dan kondisi sanitasi yang kurang memadai di beberapa daerah.
“Keberhasilan ini adalah langkah penting dalam upaya melawan polio. Kami menghargai upaya keras dari pemerintah, tenaga kesehatan di garis depan, organisasi masyarakat sipil, komunitas bisnis, influencer, generasi muda, media, dan semua pihak yang telah berdedikasi untuk keberhasilan imunisasi ini,” ujar Maniza Zaman selaku perwakilan UNICEF Indonesia.
“Hal ini menunjukkan kekuatan kolaborasi dalam melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dan merupakan bukti komitmen kita bersama untuk menciptakan masa depan tanpa polio di Indonesia.”
“Dalam perjuangan melawan polio, keamanan dan efektivitas vaksin polio telah terbukti konsisten, memberikan perlindungan penting terhadap penyakit yang tidak perlu dan tidak boleh dibiarkan berlanjut. Terutama, inisiatif global telah menghasilkan kemajuan signifikan dalam memperkenalkan alat inovatif untuk meningkatkan pelaksanaan kampanye imunisasi yang cepat dan berkualitas tinggi, sehingga memastikan cakupan imunisasi yang luas selama wabah,” kata Dr. N. Paranietharan selaku perwakilan WHO untuk Indonesia.
Dr. Paranietharan juga menekankan pentingnya memprioritaskan imunisasi rutin untuk melindungi kesehatan anak-anak dari polio dan berbagai penyakit lain yang dapat dicegah melalui imunisasi. Hal ini sejalan dengan Agenda Imunisasi global 2030.
“Setiap anak, di mana pun, harus memiliki akses penuh terhadap kehidupan,” katanya.
Berita ini disampaikan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi hotline Halo Kemenkes melalui nomor 1500-567, SMS ke 081281562620, atau email [email protected].
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.